Subkontraktor Dalam Proyek Konstruksi

Subkontraktor Dalam Proyek Konstruksi

 kontraktor acapkali dihadapkan kepada pilihan antara mengerjakan sendiri lingkup proyek Subkontraktor Dalam Proyek Konstruksi

 


Subkontraktor Dalam Proyek Konstruksi- Pada tahap implementasi fisik, kontraktor acapkali dihadapkan kepada pilihan antara mengerjakan sendiri lingkup proyek, atau menyerahkan sebagai kepada perusahaan lain sebagai subkontraktor, untuk proyek E-MK berskala besar, praktek menunjukan bahwa kerena alas an alasan efesiensi dan produktifitas, terhadap kencenderungan semakin banyak paket kerja yang oleh kontraktor (utama) diserahkan kepada subkontraktor. Di samping alasan alasan tersebut dia atas, harus pula di penuhi kondisi atau faktor lain seperti di bawah ini.

•Tersedianya Perusahaan Subkontraktor yang Mampu/Bonafit
Perusahaan yang mampu dari segi teknis dan finansial adalah faktor utama dalam mempertimbangkan penyerahan bagian lingkup proyek kepada subkontraktor, di samping harga yang wajar.

•Jenis Pekejaan Bersifat Khusus
Sebagai contoh, pekerjaan pengerukan untuk dermaga pabrik akan lebih efesien diserahkan kepada perusahaan yang memang spesialis dalam bidang tersebut sebagai subkontraktor dari pada dilaksanakan sendiri oleh kontraktor utama.

•Kebijakan Pemerintah
Untuk jenis pekerjaan tertentu, pemerintah menginginkan dikerjakan oleh perusahaan setempat yang dianggap mampu. Hal ini mengdorong adanya subkontraktor.

Sifat Pekerjaan Subkontraktor

Pada dasarnya, mengelola pekerjaan subkontrak adalah sama dengan mengelola pekerjaan kontraktor atau kontraktor utama. Hanya saja beberapa hal menuntut perhatian yang lebih besar karena hal-hal berikut.

•Volume pekerjaan tidak terlalu besar.
•Spesialisasi pada jenis pekerjaan tertentu.
•Tidak melengkapi diri dengan prosedur atau sistem pengendalian yang lengkap.
•Perkiraan biaya untuk pembanding.

Volume pekerjaan

Volume pekerjaan subkontrak umumnya tidak terlalu besar, demikian juga biaya dan laba yang akan diterima, sehingga bila ada pengeluaran tambahan, misalnya harus mengadakan pekerjaan ulang untuk perbaikan (rework), akan sulit ditolerir. Untuk mencegah hal ini, penjabaran lingkup kerja hendaknya sejelas mungkin, dan sebelum penandatanganan kontrak, kedua belah pihak harus sudah mencapai satu pengertian yang sama mengenai masalah tersebut.

Spesialisasi

Di perusahaan subkontraktor, karena lingkup kerjanya terbatas dan terspesialisasi pada bidang tertentu, para pelaksana telah saling mengenal dalam jangka waktu yang lama, dan menguasai prosedur serta metode yang diberlakukan dalam perusahaan, sehingga tercipta saling pengertian dan kerjasama yang cukup rapi. Keadaan ini memungkinkan tercapainya kinerja yang tinggi.

Hal yang perlu dikaji oleh kontraktor atau pemilik proyek yang akan member pekerjaan adalah apakah prosedur kerja, criteria standar (misalnya, mutu) tersebut sesuai dengan tingkat ke inginan kontraktor atau pemilik proyek, dan bila harus ada perubahan, sejauh mana harus dilakukan penyesuaiannya. Penilaian yang didasarkan atas kemampuan teknis merupakan kriteria pertama untuk menentukan pemenang.

Pengendalian

Pada umumnya, subkontraktor tidak melengkapi diri dengan system pengendalian (prosedur maupun perangkat) selengkap dan secanggih seperti yang dimiliki oleh kontraktor atau kontraktor utama. Meskipun demikian, banyak pendapat menyatakan bahwa bila menjumpai hal tersebut sebaiknya jangan mengubah atau menmbongkar apa yang telah dimiliki subkontraktor untuk disamakan dengan system yang digunakan kontraktor utama, tetapi cukup dengan mengadakan penyesuaian. Membongkar prosedur atau cara kerja yang sudah mengakar dapat menyebabkan “kebingungan” karena tidak terbiasa, sehingga efisiensi yang diharapkan justru tidak tercapai. Oleh karena itu, agar pemilik (bila ada pekerjaan yang langsung disubkontrakkan tanpa melalui kontraktor) atau kontraktor dapat mengendalikan pekerjaan subkontraktor dengan efektif, maka di samping apa yang telah disinggung di atas hendaknya diperhatikan pula hal-hal berikut.

•Fasilitas penampungan buruh proyek.
•Perumahan karyawan operasi dan pemeliharaan.
•Bangunan Civil seperti gudang, perkantoran, dan lain-lain.
•Pengerjaan tanah untuk persiapan lahan lokasi instalasi atau pabrik.
•Pengerukan tempat dermaga.
•Pembangunan tangki. Bongkar-muat di pelabuhan proyek.
•Memasang isolasi.
•Aspek tertentu dari inspeksi.
•Pengecatan.
•Instalasi listrik dan instrument.

Di samping itu, juga pekerjaan yang bersifat pelayanan, seperti catering makanan untuk buruh dan karyawan konstruksi di lapangan, pengurusan dokumen pemasukan barang dan reekspor, pelatihan, dan lain-lain. Menyelenggarakan proyek dengan melibatkan banyak subkontraktor, bila dikelola dengan baik dan tersedia perusahaan yang khusus untuk maksud tersebut di daerah sekitar lokasi proyek, di samping memberi manfaat dari segi jadwal dan mungkin juga biaya, akan menumbuhkan tanggapan yang positif dari msyarakat sekitar lokasi proyek.

Sumber : Manajemen Konstruksi Imam Soeharto
Baca Artikel Lain di Bawah ini :

Posting Komentar untuk "Subkontraktor Dalam Proyek Konstruksi"