Menyewa rumah adalah proses pembayaran kompensasi oleh penyewa (pengguna properti) kepada pemilik rumah untuk suatu pemakaian atau hunian. Saat memberikan rumah sewa, perjanjian sewa harus ditandatangani antara calon penyewa dan pemilik rumah yang menyatakan syarat dan ketentuan untuk menggunakan properti.
Menyewa rumah atau apartemen adalah salah satu pilihan yang cocok untuk orang-orang yang merantau yang belum sanggup untuk membeli rumah di suatu daerah. Menyewa rumah memberi mereka cara yang masuk akal untuk mengakses kehidupan di rumah atau apartemen dibandingkan dengan membelinya.
Sesuai dengan PP no.44/1994 disebutkan bahwa penempatan rumah oleh bukan pemilik dengan cara sewa-menyewa hanya akan dianggap sah jika ada persetujuan atau ijin pemilik. Persetujuan sewa-menyewa properti ini dapat dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis. Ada 3 klausul yang wajib diperjanjikan di dalam perjanjian sewa-menyewa tersebut yaitu klausul hak dan kewajiban, klausul jangka waktu sewa dan klausul besarnya sewa atau biaya sewa.
Selain yang tercantum diatas, dalam klausul perjanjian juga perlu ditegaskan siapa yang akan membayar tagihan dan biaya yang timbul selama penggunaan rumah oleh penyewa seperti listrik, telepon, PDAM, internet dan atau saluran televisi kabel.
Bila biaya-biaya tersebut dibebankan pada penyewa, sebaiknya pemilik meminta uang jaminan kepada penyewa pada saat pembayaran pertama kali. Uang jaminan ini bisa dipakai sebagai pengganti bila terjadi tunggakan pada tagihan. Tanpa ada jaminan dikhawatirkan pada akhir masa sewa, penyewa akan meninggalkan rumah sewa dengan hutang tagihan. Tentunya dalam hal ini pemilik yang akan sangat dirugikan. Sementara untuk urusan Pajak, dalam hal ini Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), bukan kewajiban bagi penyewa untuk membayar tagihannya. Pajak adalah urusan dengan pemilik.
Jika saat masa kontrak berakhir, penyewa tidak memperpanjang kontrak sewa dengan pemilik, maka dia wajib meninggalkan rumah tersebut dan menyerahkannya kembali kepada pemilik, tentunya dalam kondisi yang baik secara fisik dan non fisik sesuai ketentuan yang disepakati. Bila dari pihak penyewa ingin memperpanjang masa sewa, pemilik dan penyewa harus membuat lagi perjanjian kontrak yang baru.
Sebagai pemilik, Anda juga hendaknya membuat kesepakatan mengenai jadwal pembayaran. Apakah rumah sewa akan dibayar setiap bulan, 6 bulan atau 1 tahun sekali. Apabila uang sewa telah dibayar kepada pemilik, dari pihak penyewa tidak berhak lagi menarik kembali uangnya, kecuali untuk hal-hal yang membuat pihak penyewa merasa dirugikan atau sesuai yang tertulis dalam perjanjian.
Misalnya penyewa meminta uangnya kembali karena rumah yang disewa rusak atau fiturnya tidak sesuai dengan yang tertera dalam kontrak. Bila hal ini terjadi, pemilik rumah berkewajiban mengembalikan uang sewa sesuai dengan waktu yang tersisa, dikalikan dengan total harga sewa. Atau sesuai dengan kesepakatan pengembalian uang yang dibuat sebelumnya.
Demikianlah mengenai Aturan sewa Rumah Sesuai PP no.44/1994. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan, terima kasih.
Aturan Sewa Rumah Sesuai PP no.44/1994 |
Menyewa rumah atau apartemen adalah salah satu pilihan yang cocok untuk orang-orang yang merantau yang belum sanggup untuk membeli rumah di suatu daerah. Menyewa rumah memberi mereka cara yang masuk akal untuk mengakses kehidupan di rumah atau apartemen dibandingkan dengan membelinya.
Sesuai dengan PP no.44/1994 disebutkan bahwa penempatan rumah oleh bukan pemilik dengan cara sewa-menyewa hanya akan dianggap sah jika ada persetujuan atau ijin pemilik. Persetujuan sewa-menyewa properti ini dapat dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis. Ada 3 klausul yang wajib diperjanjikan di dalam perjanjian sewa-menyewa tersebut yaitu klausul hak dan kewajiban, klausul jangka waktu sewa dan klausul besarnya sewa atau biaya sewa.
1. Klausul Hak dan Kewajiban.
Pemiliki properti atau rumah berhak menerima uang sewa dari penyewa serta menerima pengembalian rumah dalam kondisi yang baik sesuai dengan ketentuan yang disepakati dalam perjanjian. Kondisi yang baik maksudnya tidak hanya dari segi fisik bangunan semata, tetapi juga non fisik seperti rumah yang bebas dari sengketa, tidak sedang digunakan untuk jaminan pinjaman, tidak sedang menjadi TKP kasus kriminal, dll. Sementara pihak penyewa juga punya hak untuk mempergunakan dan menempati rumah tersebut sesuai dengan fungsinya seperti yang dijelaskan dalam ketentuan.Selain yang tercantum diatas, dalam klausul perjanjian juga perlu ditegaskan siapa yang akan membayar tagihan dan biaya yang timbul selama penggunaan rumah oleh penyewa seperti listrik, telepon, PDAM, internet dan atau saluran televisi kabel.
Bila biaya-biaya tersebut dibebankan pada penyewa, sebaiknya pemilik meminta uang jaminan kepada penyewa pada saat pembayaran pertama kali. Uang jaminan ini bisa dipakai sebagai pengganti bila terjadi tunggakan pada tagihan. Tanpa ada jaminan dikhawatirkan pada akhir masa sewa, penyewa akan meninggalkan rumah sewa dengan hutang tagihan. Tentunya dalam hal ini pemilik yang akan sangat dirugikan. Sementara untuk urusan Pajak, dalam hal ini Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), bukan kewajiban bagi penyewa untuk membayar tagihannya. Pajak adalah urusan dengan pemilik.
2. Klausul Jangka Waktu Sewa.
Dalam suatu perjanjian sewa properti atau sewa rumah, Sebagai pemilik juga wajib mencantumkan klausul jangka waktu sewa-menyewa. Hal ini untuk memastikan kapan berakhirnya hak penyewa dalam menggunakan rumah atau properti tersebut.Jika saat masa kontrak berakhir, penyewa tidak memperpanjang kontrak sewa dengan pemilik, maka dia wajib meninggalkan rumah tersebut dan menyerahkannya kembali kepada pemilik, tentunya dalam kondisi yang baik secara fisik dan non fisik sesuai ketentuan yang disepakati. Bila dari pihak penyewa ingin memperpanjang masa sewa, pemilik dan penyewa harus membuat lagi perjanjian kontrak yang baru.
3. Klausul Harga Sewa
Pemilik juga harus mencantumkan besarnya harga sewa dalam suatu perjanjian, sesuai kesepakatan antara pemilik dengan pihak penyewa. Sebelum menetapkan harga, sebaiknya kita lakukan survei harga sewa rumah disekitar lokasi dengan jenis yang sama. Dengan begitu, harga yang kita tetapkan tidak akan terlalu tinggi sehingga tidak akan membuat pihak penyewa merasa dirugikan. Harga sewa juga tidak terlalu rendah sehingga Anda sebagai pemilik juga tidak merasa rugi. Sebelum masa perjanjian kontrak habis, sebagai pemilik tidak berhak menaikkan harga sewa mendadak secara sepihak.Sebagai pemilik, Anda juga hendaknya membuat kesepakatan mengenai jadwal pembayaran. Apakah rumah sewa akan dibayar setiap bulan, 6 bulan atau 1 tahun sekali. Apabila uang sewa telah dibayar kepada pemilik, dari pihak penyewa tidak berhak lagi menarik kembali uangnya, kecuali untuk hal-hal yang membuat pihak penyewa merasa dirugikan atau sesuai yang tertulis dalam perjanjian.
Misalnya penyewa meminta uangnya kembali karena rumah yang disewa rusak atau fiturnya tidak sesuai dengan yang tertera dalam kontrak. Bila hal ini terjadi, pemilik rumah berkewajiban mengembalikan uang sewa sesuai dengan waktu yang tersisa, dikalikan dengan total harga sewa. Atau sesuai dengan kesepakatan pengembalian uang yang dibuat sebelumnya.
Demikianlah mengenai Aturan sewa Rumah Sesuai PP no.44/1994. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan, terima kasih.
Posting Komentar untuk "Aturan Sewa Rumah Sesuai PP no.44/1994"