Pekerja Langsung versus Subkontraktor

Pekerja Langsung versus Subkontraktor

 

Pekerja Langsung versus Subkontraktor- Dikenal dua cara bagi kontraktor utama dalam melaksanakan pekerjaan lapangan, yaitu dengan merekrut langsung tenaga kerja dan memberikan kepenyeliaan (direct hire) atau menyerahkan paket kerja tertentu kepada subkontraktor. Dari segi produktivitas umumnya subkontraktor lebih tinggi 5 – 10 persen dibandingkan pekerja langsung. Hal ini disebabkan tenaga kerja subkontraktor telah terbiasa dalam pekerjaan yang lingkup dan jenisnya relative terbatas, ditambah lagi prosedur dan kerja sama telah dikuasai dan terjalin lama antara para pekerja maupun dengan penyelia.

Meskipun produktivitas lebih tinggi dan jadwal penyelesaian  pekerjaan potensial dapat lebih singkat, tetapi dari segi biaya belum tentu lebih rendah dibanding memakai pekerja langsung, karena adanya biaya overhead dari perusahaan subkontraktor.

Kurva Pengalaman

 

Bila seorang atau sekelompok orang yang terorganisir melakukan pekerjaan yang identik terulang-ulang, maka diharapkan akan terjadi suatu pengurangan jam pertenaga kerja atau biaya untuk menyelesaikan  pekerjaan berikutnya, dibanding dengan yang terdahuku bagi setiap unitnya.

Dengan kata lain, produktivitasnya naik. Misalnya, pekerjaan membuat pondasi per satuan unit kesepuluh akan memakan waktu atau biaya lebih sedikit dibanding pembuatan unit pertama. Konsep yang dikenal dengan istilah kurva pengalaman (learning curva) ini didasarkan atau asumsi bahwa seseorang atau sekelompok orang yang mengerjakan pekerjaan yang relatif sama dan berulang-ulang, akan memperoleh pengalaman dan peningkatan keterampilan, sehingga waktu atau biaya semakin berkurang.

1.Teori yang Digunakan

Pendekatan kuantitatif kurva pengalaman menyatakan bahwa bila jumlah unit yang dihasilkan belipat dua, maka jumlah jam-orang kerja atau biaya yang diperlukan untuk memproduksinya akan turun dengan angka persentasi yang tepat. Jadi, biaya yang diperlukan untuk menghasilkan unit ke-2, akan berkurang sejumlah persentase tertentu, dibanding dengan biaya untuk menghasilkan unit pertama.

Demikian pula persentase pengurangan yang sama akan didapati untuk produksi dari unit ke-4 dibanding unit ke-2 dan seterusnya. Bila pengurangan tetapi jam-orang atau biaya tersebut sebesar 10 persen, maka disebut kurva 90 persen dan untuk pengurangan tetap 20 persen, maka memiliki kurva sebesar 80 persen, dan seterusnya.

2.Rumus Perhitungan

Rumus-rumus untuk menghitung jumlah jam-orang atau biaya langsung

3.Pengaruh jenis Pekerjaan Terhadap  Kemiringan Kurva

Telah diutarakan sebelumnya bahwa bila kurva pengalaman digambar dengan skala linier, akan memperlihatkan grafik lengkung yang menunjukkan pengurangan produksi unit yang satu  terhadap  unit sebelumnya  dalam proses produksi yang berulang-ulang.

Semakin banyak unit yang diproduksi, besar pengurangan akan semakin menurun. Bila digambar dalam skala logaritmis, maka akan terlihat sebagai garis lurus dengan kemiringan (slope) tertentu. Dari pengalaman ditunjukkan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang mengikutsertakan mesin-mesin otomatis atau “kandungan” otomatisnya cukup tinggi, kurva pengalamannya akan memiliki slope yang tinggi pula. Sebaliknya, bila pekerjaan tersebut sebagian besar dikerjakan dengan tangan, maka slope-nya lebih rendah.

Kepadatan Tenaga Kerja

 

Dalam batas pagar lokasi yang nantinya akan dibangun instalasi proyek, yang juga disebut battery limits, ada korelasi antara jumlah tenaga kerja konstruksi, luas area tempat kerja, dan produktivitas. Korelasi ini dinyatakan sebagai kepadatan tenaga kerja (labor density), yaitu jumlah luas tempat kerja bagi setiap tenaga kerja. Jika kepadatan ini melewati tingkat jenuh, maka produktivitas tenaga kerja menunjukkan tanda-tanda menurun. 

Hal ini disebabkan karena dalam lokasi proyek tempat sejumlah buruh bekerja, selalu ada kesibukan manusia, gerakan peralatan, serta kebisingan yang menyertai. Semakin tinggi jumlah pekerjaan per area atau semakin  sedikit luas area  perpekerja, maka semakin “sibuk” kegiatan per area. Pada akhirnya akan mencapai titik dimana kelancaran pekerjaan terganggu dan mengakibatkan penurunan produktivitas. Titik ini disebut titik jenuh. 

Dalam perencanaan tenaga kerja, titik jenuh tersebut perlu diperhatikan agar jangan sampai terjadi, khususnya ketika ingin mengejar jadwal penyelesaian. Oleh karena itu, perlu direncanakan alokasi tenaga kerja sebanyak mungkin sehingga melampaui titik jenuh. Pengalaman beberapa kontraktor dan konsultan internasional, seperti Bechtel, faktor, Kellogg, dan MRDC untuk tenaga kerja konstruksi.

•  Kompleksitas teknis (technical complexity) instalasi. Semakin kompleks instalasi yang hendak dibangun, semakin banyak material dan peralatan per kaki persegi, sehingga mengakibatkan semakin terbatasnya gerak para pekerja.

•  Jenis kontrak. Pada kontrak harga tidak tetap, umumnya pemilik dan kontraktor utama tidak banyak bebrbeda pendapat mengenai angka  kepadatan tenaga kerja. Namun, pada kontrak lum-sum seringkali kontraktor utama menginginkan angka yang lebih rendah, dalam rangka mengoptimalkan produktivitas tenaga kerja.

Satu hal yang perlu dicatat ialah denah instalasi proyek-proyek E-MK tidak standar, dan cara konstruksi juga berbeda-beda, misalnya memakai metode dress-up, yaitu memasang beberapa bagian instalasi di luar lokasi, sehingga interpretasi angka-angka yang dihasilkan perlu dilakukan  dengan hati-hati.


Sumber : Manajemen Konstruksi Imam Soeharto
Baca Artikel Lain di Bawah ini :

Posting Komentar untuk "Pekerja Langsung versus Subkontraktor"