Permintaan alat berat yang tinggi ternyata membawa berkah untuk banyak pihak. Selain perusahaan yang melakukan produksi serta distribusi alat berat, perusahaan leasing pun juga mendapatkan keuntungan.
Ini karena permintaan yang tinggi mendongkrak jenis piutang untuk pembiayaan investasi. Dimana kebanyakan perusahaan leasing menyediakan pilihan tersebut sebagai salah satu produknya.
Suwandi Wiranto, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia atau APPI, memberikan pendapatnya. Menurutnya, tren alat berat yang banyak peminat ini akan berlangsung sepanjang tahun 2022.
Data Permintaan Alat Berat dari APII
Suwandi juga memberikan data dari Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI). Berdasarkan data tersebut, penjualan alat berat naik sejak tahun 2021 dengan jumlah penjualan mencapai 14.560 unit.
Angka tersebut mengalami kenaikan hingga 110 persen dari periode sebelumnya di tahun 2020, yang hanya terjual 7.100 unit. PAABI memberikan prediksi akan ada penjualan sampai 18 ribu unit sampai akhir tahun nanti.
Meski begitu, Suwandi optimis permintaan alat berat yang tinggi ini malah akan melebihi target. Hal tersebut berdasarkan perhitungan di kuartal pertama tahun 2022 yang sudah terjual 6.400 unit. Jadi ada kemungkinan di akhir tahun nanti terjual hingga 22 ribu unit.
Suwandi juga menerangkan bahwa naiknya permintaan ini bisa menjadi peluang bagi perusahaan leasing. Dengan peluang ini, mereka bisa melakukan pembesaran bisnis dengan melayani kebutuhan para pelaku industri sektor tambang, perkebunan atau konstruksi.
OJK Mencatat Kenaikan Permintaan Alat Berat
Data mengenai peningkatan penjualan alat berat juga tercatat oleh OJK. Per Mei 2022, piutang pembiayaan untuk alat berat tumbuh hingga 12,9 persen, dengan angka 32,6 triliun. Menariknya angka tersebut terus naik setiap bulannya.
Hal yang sama terjadi pada piutang pembiayaan investasi, alat berat juga memberikan kontribusi yang besar. Dalam catatan milik OJK, terdapat jumlah piutang neto pembayaran investasi yang tembus hingga 126,9 triliun.
Angka tersebut mengalami kenaikan pasca meningkatnya permintaan alat berat di tahun 2022. Dibandingkan di periode yang sama pada tahun 2021, jumlah tersebut naik lebih tinggi sebanyak 11 persen.
Suwandi menjelaskan mengenai total piutang terbesar saat ini, berdasar data piutang terbesar dipegang oleh bidang otomotif dan produk beragun kendaraan. Jumlahnya mencapai 60 persen dari total keseluruhan piutang.
Baca Juga : Hyundai CE dan Kiprahnya di Industri Alat Berat China
Meski begitu, mau tak mau diakui kalau alat berat juga menjadi penopang dari industri ini. Alat berat menjadi penopang terbesar kedua dalam piutang pembiayaan industri dengan kontribusi sebesar 33 persen.
Tak hanya itu, penyaluran sektor produktif seperti kredit investasi dan modal kerja menjadi pendorong tumbuhnya total piutang. Hal ini bisa terjadi karena piutag sektor mutiguna masih terkoreksi sepanjang tahun 2022.
Karena harga komoditas sumber daya alam mengalami kenaikan di tengah pandemi, permintaan alat berat tinggi menjadi imbasnya. Untuk menghadapi masalah yang nantinya muncul, Suwandi memberikan beberapa saran.
Pertama, ada kemungkinan keterbatasan pasokan untuk unit baru, sehingga perusahaan harus menyiapkan strategi dengan baik. Hal ini juga bisa terjadi akibat kelangkaan komponen chip jenis semi konduktor.
Kedua, menyediakan lebih banyak produk alat berat, bahkan yang bekas sekalipun. Ini karena banyak orang membutuhkan alat berat saat ini, jika tidak laku bisa dilakukan penyewaan.
Dengan permintaan alat berat yang tinggi, banyak pihak ternyata mendapatkan keuntungan. Pihak leasing bisa turut ambil bagian dengan menyediakan pilihan kredit dan produk piutang yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
sumber : finansial.bisnis.com
class = "fb-comments"
data-href = "https://arparts.id/jadi-sumber-cuan-permintaan-alat-berat-tinggi/"
data-numposts = "10"
data-lazy = "true"
data-colorscheme = "light"
data-order-by = "social"
data-mobile=true>
Posting Komentar untuk "Jadi Sumber Cuan, Permintaan Alat Berat Tinggi"